Tradisi Larung Sesaji Petik Laut Muncar telah berlangsung sejak tahun 1901 bahkan diperkirakan jauh sebelumnya.
Petik Laut berarti memetik, mengambil, memungut atau memperoleh hasil
laut berupa ikan yang mampu menghidupi nelayan Muncar dan sekitarnya.
Penyelenggaraan upacara Petik Laut Muncar dimaksudkan sebagai
pengungkapan dari perasaan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
dilakukan secara berkelompok khususnya bagi masyarakat nelayan di
Muncar dan sekitarnya.
Pengungkapan perasaan tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan
tasyakuran sampai dengan tradisi masyarakat secara beramai-ramai
melakukan upacara di tengan laut, sesuai dengan tradisi yang masih hidup
dilingkungan masyarakat nelayan Muncar sebagai usaha mewarisi tradisi
para leluhur yang sudah berlangsung sejak dalam kurun waktu yang lama.
Tujuan diselenggarakannya kegiatan Petik Laut Muncar ini antara lain dapat diungkapkan sebagai berikut :
- Mensyukuri atas Rahmad Tuhan Yang Maha Esa yang telah dilimpahkan berupa hasil penangkapan ikan yang tidak kunjung henti-hentinya sepanjang massa.
- Sebagai salah satu media permohonan kehadapan Tuhan Yang Esa, agar selalu memperoleh perlindungan dan dijauhkan dari segala marabahaya, dianugerahi keselamatan dan hasil yang lebih melimpah lagi.
- Sebagai salah satu upaya menanamkan perasaan cinta bahari bagi masyarakat nelayan Muncar, sehingga kehidupan laut yang telah mendatangkan manfaat bagi kehidupan laut dapat terpelihara secara lestari.
Peserta dan Kelengkapan Upacara.
Pelaksanaan upacara dari Tradisi Larung Sesaji Petik Laut Muncar
diikuti oleh seluruh masyarakat nelayan Muncar, para pejabat dan
undangan serta hadirin para pengunjung dari masyarakat disekitar Muncar
ikut memeriahkan kegiatan Petik Laut Muncar tersebut.
Kelengkapan upacara yang dianggap penting adalah berbentuk sesaji
berupa kue, masakan dan makanan yang berasal dari palawija yang
bergantung dan bentuk lainnya, yang menonjol berupa :
- Kepala Kambing “Kendit”
- Kue-kue sebanyak 44 macam
- Buah-buahan
- Pancing emas
- Candu
- Pisang saba mentah Pisang raja
- Nasi tumpeng, nasi gurih, nasi lawuh
- Ayam jantan hidup 2 ekor
- Kinangan dan lain-lain.
Semua kelengkapan sesaji tersebut disusun sedemikian rupa dimasukkan
ke dalam sebuah perahu kecil yang dihiasi berwarna-warni dan biasanya
disebut “Gitik”, dan kemudian dilabuh atau dilarung di laut. Dan dalam
pelarungan tersebut selalu diiringi dengan tarian Gandrung.
Rangkaian Pelaksanaan Upacara.
Malam Tasakuran.
Malam menjelang pelaksanaan upacara Petik Laut, hampir seluruh
masyarakat nelayan di Muncar melakukan tirakatan sampai pagi dengan
satu harapan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi dan senantiasa dalam
pelaksanaan Petik Laut Muncar pada siang harinya selamat tidak ada
halangan apapun.
Ider Bumi.
Pagi hari ± 06.00 WIB, sesaji yang telah siap di dalam “Gitik” dan
ditempatkan di rumah Pawang, diangkut menuju ke tempat upacara sambil
terlebih dahulu diarak keliling dilingkungan perkampungan nelayan,
diiringi oleh perangkat kesenian pengiring berupa Terbangan, Gandrung,
bersama-sama dengan kegiatan kelompok masyarakat nelayan menuju ke
tempat upacara pelepasan sesaji.
Upacara Pelepasan Sesaji.
Di tempat yang telah ditentukan biasanya mengambil tempat di TPI pada
tanggal 15 Muharram, biasanya, dimulai pada pukul 09.00 WIB. Perahu
yang membawa Gitik yang brisi sesaji ditempatkan paling depan dan
kemudian diikuti oleh iring-iringan perahu nelayan yang membawa ke
tengah laut untuk dilarung.
Sumber:
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Buku Petunjuk Obyek Wisata di Sepuluh Daerah Tingkat II di Jawa Timur
Tradisi Larung Sesaji ini adalah salah satu tradisi yang harus dilestarikan.
diunduh dari http://www.candi.web.id/tradisi-larung-sesaji-petik-laut-muncar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar