Sedekah Laut di Pesisir Selatan Pulau Jawa Sebagai Salah Satu Bentuk Upacara Tradisional Masyarakat Pesisir

Abstrac
According to Edward Burnett Taylor, culture is the entire that complex, contains of knowledge, belief, art, morality, law, custom, and other ability that owned by someone as the member of community. According to Selo Sumarjanand Soelaiman Soemardji, culture is results of human works,feeling and creative power. Culture is amount of attitude, custom and beliefe that distinguish one group and others. Culture is transmissed by language, material object, ritual, institution, art, from one generation to next generation. Traditional ceremony is held to get prosperity and keep environment. For example ”Sedekah Laut” that held in Cilacap and Bantul to thank God. This ceremony uses different alms that enrich our national culture.

Key Words : Culture, traditional ceremony and sedekah laut ceremony


Pendahuluan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Kebudayaan adalah perilaku yang dipelajari, seorang tidak dapat dilahirkan dengan tanpa kebudayaan, kebudayaan itu bersifat universal, setiap manusia memiliki kebudayaan yang dia peroleh melalui usaha sekurang-kurangnya melalui belajar secara biologis.
Kebudayaan merupakan “jumlah” dari seluruh sikap, adat istiadat, dan kepercayaan yang membedakan sekelompok orang dengan kelompok lain, kebudayaan ditransmisikan melalui bahasa, objek material, ritual, institusi (milsanya sekolah), dan kesenian, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. (Dictionary of Cultural Literacy).
Untuk memahami kebudayaan secara keselurahan maka ada baiknya saya mengemukakan beberapa konsep yang berkaitan dengan kebudayaan, beberapa diantaranya selalu digunakan secara bergantian dalam membahas komunikasi antar budaya.
• Budaya Dominan
• Common culture
• Sub kultur
• Cultural lag
• Culture shock
• Kebudayaan tradisional
• Multikultural

Kebudayaan tradisional di Indonesia sangat beragam. Salah satu ragam dari kebudayaan tradisonal adalah upacara tradisional. Upacara tradisional biasanya berkaitan dengan kepercayaan atau religi adalah salah satu unsur kebudayaan yang paling sulit berubah dibandingkan unsur kebudayaan yang lain. Upacara tradisional tersebut merupakan upaya manusia untuk mencari keselamatan, ketentraman dan sekaligus menjaga kelestarian kosmos. Misal upacara sedekah laut. Upacara sedekah laut yang akan dibahas dalam makalah ini adalah upacara sedekah laut yang dilaksanakan di Kabupaten Cilacap dan di Kabupaten Bantul.


Sedekah Laut di Pesisir Selatan Pulau Jawa Sebagai Salah Satu Bentuk Upacara Tradisional di Masyarakat Pesisir

Upacara Sedekah Laut merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan oleh masyarakat pesisir Pulau Jawa baik pesisir selatan ataupun pesisir utara. Kegiatan ini bertujuan untuk mewarisi kebudayaan turun temurun dari nenek moyang dan memohon perlindungan agar terhindar dari marabahaya selama melaut. Upacara Sedekah Laut yang dikaji dalam makalah ini adalah upacara yang diselenggarakan di Kabupaten Cilacap dan di Kabupaten Bantul.

Sedekah laut di Kabupaten Cilacap
Berbagai macam acara dapat dilakukan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan karunia yang diperoleh pada masa kehidupannya. Upacara sedekah laut adalah salah satu perwujudan ungkapan rasa syukur yang dilakukan oleh Kelompok Nelayan Sidakaya, Donan , Sentolokawat, Tegalkatilayu, Lengkong, Pandanarang, PPSC dan Kemiren.
Tradisi sedekah laut bermula dari perintah Bupati Cilacap ke III Tumenggung Tjakrawerdaya III yang memerintahkan kepada sesepuh nelayan Pandanarang bernama Ki Arsa Menawi untuk melarung sesaji kelaut selatan beserta nelayan lainnya pada hari Jumat Kliwon bulan Syura tahun 1875 dan sejak tahun 1983 diangkat sebagai atraksi wisata.
Upacara sedekah laut sebelum hari pelaksanaan didahului dengan prosesi nyekar atau ziarah ke Pantai Karang Bandung (Pulau Majethi ) sebelah timur tenggara Pulau Nusakambangan yang dilakukan oleh ketua adat Nelayan Cilacap dan diikuti berbagai kelompok nelayan serta masyarakat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar tangkapan ikan pada musim panen ikan melimpah dan para nelayan diberi keselamatan. Disamping upacara nyekar juga mengambl air suci/ bertuah di sekitar Pulau Majethi yang menurut legenda tempat tumbuhnya bunga Wijayakusuma.
Upacara ini didahului dengan acara prosesi membawa sesaji (Jolen), jolen tunggul yang dibawa Paguyuban Sekartaji berisi puluhan jenis sesaji. Dari mulai kepala kambing, aneka jenis buah, jajan pasar, hingga bentuk panganan dan lauk pauk, sampai sejumlah peralatan dan aksesoris kaum perempuan seperti kain jarit, selendang dan sanggul. Semua jenis sesaji dikemas dalam jolen tunggul berbentuk rumah joglo kecil yang dihias janur dan aksesoris lainnya.
Jolen tersebut dilarung ke tengah laut lepas dari dalam Pendopo Kabupaten Cilacap menuju arah Pantai Teluk Penyu dengan diiringi arak-arakan Jolen Tunggul dan diikuti Jolen-Jolen pengiring lainnya oleh peserta prosesi yang berpakaian adat tradisional Nelayan Kabupaten Cilacap tempo dulu. Setibanya di Pantai Teluk Penyu sesaji kemudian di pindahkan ke kapal Nelayan yang telah dihias dengan hiasan warna-warni untuk di buang ketengah lautan di kawasan pulau kecil yang di sebut Pulau Majethi..
Hari Jumat Kliwon menurut penanggalan Jawa merupakan puncak ritual Sedekah Laut Kabupaten Cilacap. Puncak acara tersebut bakal diisi dengan acara utama, kirab prosesi larung sesaji (jolen) yang dimulai dari Pendapa Wijaya Kusuma Sakti Kabupaten menuju ke kawasan Pantai Teluk Penyu, sekitar empat kilometer.
Acara yang ditunggu-tunggu masyarakat pesisir ujung selatan Jateng dan sekitarnya itu juga bakal diramaikan dengan arak-arakan kelompok nelayan dan diikuti jajaran Muspida. Setiap kelompok nelayan akan menampilkan berbagai atraksi kebudayaan dan kesenian. Mereka juga membawa berbagai sesaji dan persembahan untuk dilarung ke Laut Selatan (Samudera Indonesia).
Selain nilai sakral yang dianut, sebenarnya prosesi Sedekah Laut juga bertujuan untuk melestarikan kebudayaan. Mereka berharap, budaya Sedekah Laut tidak pupus ditelan zaman, sehingga setiap kali perayaan selalu melibatkan semua generasi agar kelak tertanam jiwa seni budaya untuk melestarikannya. Pada malam harinya acara dilanjutkan dengan pertunjukan kesenian tradisional di tiap-tiap desa/ kelurahan oleh kelompok Nelayan yang bersangkutan

Sedekah Laut di Kabupaten Bantul
Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul. Dusun ini merupakan salah satu dusun dari 24 dusun yang terletak di wilayah Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Dusun ini terletak kurang lebih 27 kilometer dari pusat Kota Jogja, dan kurang lebih 17 kilometer dari pusat kota Bantul. Sebagian besar dari penduduk Dusun Ngentak adalah nelayan yang tinggal di wilayah pantai Pandan Simo. Di wilayah tersebut, dikenal beberapa upacara adat, misalnya upacara Sedekah Laut, upacara Anggoro Asih, dan sebagainya.
Penduduk dusun Ngentak yang sebagian besar beragama Islam ini dikenal dengan upacara adat Sedekah Laut yang ditujukan kepada Sang Penguasa Laut Selatan. Para penduduk mempunyai mitos akan Kanjeng Ratu Kidul atau Nyai Roro Kidul yang menjadi penguasa Laut Selatan yang menguasai Laut Selatan beserta isinya dan kondisi alanmya. Oleh karena itu, para nelayan mengadakan upacara Sedekah Laut untuk memohon kebebasan dari segala mara bahaya yang mengancamnya seperti adanya ombak besar, angin besar, dan diberi penghasilan ikan yang melimpah. Sedekah Laut tersebut juga dimaksudkan sebagai rasa syukur nelayan atas keselamatan dan penghasilan yang berlimpah.
Upacara Sedekah Laut di Dusun Ngentak, Desa Poncosari dilaksanakan setiap tahun sekali dan jatuh pada hari minggu pertama di bulan Syawal. Misalnya lebaran pertama jatuh pada hari Rabu, maka pada hari Minggunya dilakukan Upacara Sedekah Laut. Pada tahun 2000, lebaran jatuh pada hari Minggu Wage, 9 Januari 2000, oleh karena itu Sedekah Laut dilaksanakan pada hari Minggu, 16 Januari 2000.
Pemilihan hari Minggu pertama di bulan Syawal tersebut dimaksudkan agar saudara-saudara atau anak cucu yang tinggalnya jauh dari Desa Poncosari masih berlibur di rumah orang tuanya sehingga bisa menyaksikan upacara tersebut. Di samping itu, hari Minggu merupakan hari libur sehingga banyak orang yang hadir di Pantai Pandan Simo. Upacaranya sendiri biasa dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB.
Pelaksanaan upacara ditangani oleh para nelayan Dusun Ngentak. Salah satu di antara mereka, ada satu orang yang bertugas untuk melabuh sesaji ke tengah laut. Menurut pemangku adat, orang pilihan tersebut harus seseorang yang handal. Sedangkan para istri nelayan bertugas memasak dan menyiapkan sesaji.
Acara Sedekah Laut dimulai dengan pembakaran kemenyan dan doa-doa dipimpin oleh Mbah Cokro seabgai Juru Kunci petilasan HB VII. Sebelum membakar kemenyan terlebih dahulu mBah Cokro duduk bersila menghadap ke laut lalu menyembah dan dilanjutkan dengan pembakaran kemenyan. Setelah selesai lalu berdoa bersama dipimpin oleh juru kunci.
Dalam upacara ini, peralatan yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
a. Perahu tempel, yang nantinya dipakai untuk membawa sesaji yang akan dilabuh ke tengah laut,
b. Ancak, dari belahan bambu yang dianyam dengan bentuk segi empat untuk tempat sesaji
c. Jodhang, terbuat dari kayu yang dibuat empat persegi panjang untuk mengangkut sesaji yang akan dibawa ke pesisir,
d. Tampah/tambir, bentuknya bulat dari anyaman bambu untuk tempat sesaji
e. Pengaron, terbuat dari tanah liat untuk tempat nasi
f. Takir, terbuat dari daun pisang yang dibentuk lalu pada kedua ujungnya diberi janur atau daun nyiur muda untuk tempat jenang sesaji,
g. Ceketong, terbuat daun pisang untuk sendok.
Sesajinya ada bermacam-macam Sesaji yang khusus untuk Kanjeng Ratu Kidul yang nantinya dilabuh, yaitu:
a. Bunga Telon, terdiri dari mawar, melati, kantil, kenanga dan sebagainya
b. Alat-alat kecantikan khusus wanita meliputi bedhak, sisir, minyak wangi, pensil alis, dan sebagainya
c. Pakaian sak pengadek atau lengkap wanita, ada baju, celana, BH, kebaya yang semuanya harus baru,
d. Jenang-jenangan, yang berwarna merah, putih, hitam, palang katul, dan sebagainya,
e. Jajan pasar, yaitu makanan kecil-kecilan seperti kacang, lempeng, slondok, dan sebagainya yang dibeli di pasar
f. Nasi udhuk atau nasi gurih, beras yang dimasak bersama santan, garam, dan sebagainya,
g. Ayam ingkung, ayam jantan yang dimasak utuh dengan kedua kaki dan sayap diikat,
h. Pisang sanggan, dari pisang raja yang berjumlah genap,
i. Pisang raja pulut, sesisir pisang raja dan sesisir pulut,
j. Lauk pauk, terdiri dari rempeyek, krupuk, kedelai, tanto dan sebagainya,
k. Lalapan, terdiri dari kol, buncis yang dirajang halus.
Selama persiapan dan pelaksanaan upacara Sedekah Laut, semua kegiatan di laut dihentikan. Pada malam menjelang hari H, diadakan tahlilan yang dipimpin oleh Rois atau Kaur wilayah Dusun Ngentak. Pagi harinya, barang-barang yang dimasak untuk persiapan sesaji mulai diatur di tempat yang telah disiapkan oleh ibu-ibu dan kemudian dicek kelengkapannya oleh Pemangku Adat. Di lain pihak, bapak-bapak yang akan mengikuti prosesi siap memakai pakaian kejawen, sedang Tekong yang bertugas untuk melabuhkan sudah siap dengan pakaian melaut yang dilengkapi dengan pelampung. Perlu diketahui bahwa masyarakat pedusunan Ngentak ini tiap-tiap RT sudah mempunyai seragam tersendiri, misalnya warga RT 01 seragamnya bunga-bunga merah, warga RT 02 bunga-bunga kuning dan sebagainya. Seragam ini dipakai setiap ada kegiatan di kampung dan setiap ada Upacara Sedekah Laut.
Menjelang pukul 10.00 WIB, jodhang beserta sesaji yang lain mulai diusung dibawa ke pesisir dengan diiringi teberapa barisan yang berseragam dari RT di wilayah Ngentak. Sesampai di sana telah diterima oleh panitia yang bertugas. Namun sebelum itu terlebih dahulu Juru Kunci sudah datang ke Petilasan HB VII untuk membakar kemenyan dan memohon doa restu atau istilahnya amit-amit. Kemudian acara puncak Sedekah Laut adalah melabuh barang sesaji ke tengah laut oleh seorang Tekong yang bertugas.
Semua barang yang dipakai untuk upacara mempunyai makna sebagai persembahan puji syukur pada Yang Maha Agung lantaran Kanjeng Ratu Kidul sebagai penjaga Laut Selatan atas keselamatan dan penghasilan mereka dalam mencari ikan di Segoro Kidul atau Laut Selatan. Berbagai sesaji itu mempunyai makna/lambang tersendiri:

a. Pisang sanggan, sebagai lambang bahwa raja atau ratu adalah yang tertinggi,
b. Pisang raja pulut, sebagai lambang pengikut, supaya tetep, lengket, kelet, sehingga hubungan antara raja dengan rakyat itu tetap abadi dan melekat.
c. Jenang palang (merah putih) dengan palang, sebagai lambang supaya masyarakat Ngentak dalam mencari nafkah tidak ada yang menghalang-halangi,
d. Jenang merah putih, sebagai lambang ibu yang melahirkan manusia,
e. Jenang hitam, sebagai lambang persembahan kepada saudara atau kakang kawah adi ari-ari
f. Nasi ameng, sebagai lambang permohonan keselamatan dari Yang Maha Agung,
g. Nasi rasulan/udhuk, sebagai lambang junjungan Nabi Muhammad SAW,
h. Ayam ingkung, sebagai lambang junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,
i. Air tawar, sebagai lambang keselamatan,
j. Alat kecantikan dan pakaian wanita, sebagai lambang kesukaan wanita untuk berdandan,
k. Bunga, sebagai lambang permohonan dari keharuman.
Kurang lebih 15 tahun tradisi ini dilakukan oleh masing-masing rumah. Dalam perkembangannya, upacara Sedekah Laut ini dilaksanakan secara berkelompok sehingga semakin meriah dan semarak. Sekarang, dalam upacara, diiringi acara-acara kesenian seperti Salawatan, Jathilan, dan sebagainya.
Sedekah Laut dalam Suatu Metode Analisis Keruangan
Pendekatan keruangan tidak lain merupakan suatu metoda analisis yang menekankan analisisnya pada eksistensi ruang (space) sebagai wadah untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalaam menjelaskan fenomena geosfer. Dalam mengaplikasikan pendekatan keruangan, seorang tidak cukup hanya menyebutkan saja namun harus secara eksplisit dan jelas menyebutkan tema apa yang akan dianut serta penjelasan mengenai operasionalisasi pendekatannya. Masing-masing tema analisis mempunyai spesefikasi sendiri yang terkait dengan spesifikasi obyek kajian yang akan dilaksanakan. Salah satu atau gabungan dari beberapa diantaranya sangat dimungkinkan untuk dilaksanakan tahap mengurangi kadar keilmuannya.
Oleh karena alat inderawi manusia sangat terbatas kemampuannya untuk mengamati kenampakan geografis di suatu wilayah atau dipermukaan bumi, maka untuk maksud analisis keruangan seseorang memerlukan alat bantu. Disinilah peranan model visualisasi permukaan bumi diperlukan kehadirannya. Keseterdiaan peta, foto udara maupun citra satelit sangat siperlukan dalam analisis. Namun demikian, gambaran yang ditampilkan dalam peta, foto udara maupun satelit ternyata masih sanagt rumit dan kompleks sifatnya, sehingga peneliti dituntut untuk mampu mengabstraksikan ke dalam visualisasi yang managable. Simbul-simbul yang lebih sederhana sangat diperlukan dalam hal ini, sehingga analisis dapat dilaksanakan dengan lebih mudah. Simbul-simbul yang secara konvensional dan masih dipakai sampai saat ini berwujud simbul-simbul titik, garis maupun bidang. Visualisasi dari salah satu atau gabungan dari padanya sanagt tergantung dari sifat data dan tujuan analisis.
Dalam makalah ini, pola spasial yang dapat membantu dalam menganalisis upacara sedekah laut di Kabupaten Cilacap dan di Kabupaten Bantul adalah spatial pattern analysis. Penekanan utama analisis ini adalah pada ”sebaran” elemen-elemen pembentukan ruang. Taraf awal adalah identifikasi mengenai aglomerasi dan kemudian dikaitkan dengan upaya untuk menjawab geographic quentions. Sebaran tersebut akan dibuat dalam simbul titik, garis maupun bidang.
Upacara Sedekah Laut dapat dianalisis dengan pola spasial area titik dan pola spasial area garis. Upacara ini mempunyai nama yang sama disetiap daerah pesisir. Daerah-daerah tersebut mempunyai beragam cara dalam pelaksanaannya. Pelaksanaannya dapat dikaji dengan pola spasial garis. Pola ini menandakan adanya kesamaan dalam proses kegiatannya. Namun pola yang akan dibahas adalah pola garis. Hal tersebut akan menjelaskan bagaimana proses kegiatan serta kegiatan yang membedakan antara sedekah laut di Cilacap dan di Bantul.
Fenomena yang diteliti adalah sedekah laut yang dilaksanakan di Kabupaten Cilacap tepatnya di dalam Pendopo Kabupaten Cilacap menuju arah Pantai Teluk Penyu dan di Kabupaten Bantul tepatnya di Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul. Upacara sedekah laut terjadi hampir disepanjang pesisir Pulau Jawa baik pesisir utara maupun pesisir selatan. Namun dalam makalah ini, sedekah laut yang diteliti berada di pesisir selatan Pulau Jawa yang masyarakatnya percaya akan adanya Nyi Roro Kidul. Upacara ini diadakan nelayan akan menangkap ikan pada musim panen agar ikan melimpah dan para nelayan diberi keselamatan. Kegiatan ini terjadi sebagai salah satu bentuk kepercayaan masyarakat sekitar akan adanya penunggu laut selatan. Masyarakat berharap agar diberi keselamatan ketika mengambil ikan di wilayah laut selatan tersebut. Masyarakat percaya ketika melakukan sedekah laut, Nyi Roro Kidul akan melindungi dari segala marabahaya yang ada di laut. Ketika upacara ini tidak dilaksanakan, marahabaya akan selalu menghantui para nelayan. Proses pengelompokan yang terjadi di Cilacap adalah Upacara sedekah laut sebelum hari pelaksanaan didahului dengan prosesi nyekar atau ziarah ke Pantai Karang Bandung (Pulau Majethi ) sebelah timur tenggara Pulau Nusakambangan. Namun hal tersebut berbeda dengan kegiatan yang ada di Bantul. Pada malam menjelang hari H, diadakan tahlilan yang dipimpin oleh Rois atau Kaur wilayah Dusun Ngentak. Pagi harinya, barang-barang yang dimasak untuk persiapan sesaji mulai diatur di tempat yang telah disiapkan oleh ibu-ibu dan kemudian dicek kelengkapannya oleh Pemangku Adat.

Simpulan
Kebudayaan merupakan “jumlah” dari seluruh sikap, adat istiadat, dan kepercayaan yang membedakan sekelompok orang dengan kelompok lain, kebudayaan ditransmisikan melalui bahasa, objek material, ritual, institusi (milsanya sekolah), dan kesenian, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. (Dictionary of Cultural Literacy). Kebudayaan tradisional di Indonesia sangat beragam. Salah satu ragam dari kebudayaan tradisonal adalah upacara tradisional. Sedekah laut dilaksanakan oleh masyarakat pesisir Pulau Jawa baik pesisir utara maupun pesisir selatan. Sedekah laut yang dibahas adalah sedekah laut yang berada di pesisir selatan Pulau Jawa tepatnya di Kabupaten Cilacap dan kabupaten Bantul. Kegiatan ini bertujuan untuk melindungi mnelayan dari marabahaya di laurt dan memohon berkah agar hasil tangkapannya melimpah.
Upacara sedekah laut dapat dianalisis dengan pola spasial area titik dan pola spasial area garis. Upacara ini mempunyai nama yang sama disetiap daerah pesisir. Daerah-daerah tersebut mempunyai beragam cara dalam pelaksanaannya. Pelaksanaannya dapat dikaji dengan pola spasial garis. Pola ini menandakan adanya kesamaan dalam proses kegiatannya. Namun pola yang kan dibahas adalah pola garis. Hal tersebut akan menjelaskan bagaimana proses kegiatan serta kegiatan yang membedakan antara sedekah laut di Cilacap dan di Bantul.


DAFTAR PUSTAKA

Koenjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
Soejatmoko, dkk. 2000. Masalah Sosial Budaya Tahun 2000. Yogyakarta : Tiara Wacana
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hadinoto, Idris.1975 Mengenal daerah wisata Indonesia. Direktorat Jenderal Pariwisata,
Yunus, Hadi sabari. 2008. Konsep dan Pendekatan Geografi “Mamaknai Hakekat Keilmuannya”. Makalah dipresentasikan dalam seminar dan Sarasehan : Substansi dan Kompetensi Geografi tahun 2008, di Fakultas Geografi UGM Yogyakarta, 18- 19 januari 2008.
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 2006. Adat istiadat daerah Jawa Tengah. Departemen P dan K, Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah.
Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought, p. 488.

Di uduh dari
http://yudhim.blogspot.com/2008/01/pengertian-kebudayaan.html
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
CILACAP TOURISM AND CULTURE, Jelajahi Pesona Keragaman Wisata dan Budaya Cilacap, http://pariwisata.cilacapkab.go.id/index.php?pilih=hal&id=87
http://gudeg.net/directory/72/334/Sedekah-Laut-Poncosari.html
Web Hosting