A. Pengantar
Metode penelitian kuantitatif
memiliki cakupan yang sangat luas. Secara umum, metode penelitian kuantitatif
dibedakan atas dua dikotomi besar, yaitu eksperimental dan noneksperimental.
Eksperimental dapat dipilah lagi menjadi eksperimen kuasi, subjek tunggal dsb.
Sedangkan noneksperimental berupa deskriptif, komparatif, korelasional, survey,
ex post facto, histories dsb.
Makalah ini membatasi pembahasan
metode penelitian kuantitatif pada tiga aspek. Ketiga aspek tersebut adalah
bagian dari noneksperimental, yaitu deskriptif, historis, dan ex post facto.
Ada beberapa istilah yang sering
dirancukan di dalam penelitian. Istilah tersebut adalah pendekatan, ancangan,
rencana, desain, metode, dan teknik. Di dalam makalah ini disinggung mengenai
perbedaan istilah tersebut untuk didiskusikan dan dicarikan simpulan
bersama-sama.
B. Pembahasan
1. Berbagai istilah di dalam
penelitian
Secara umum, jenis penelitian berdasarkan pendekatan analisisnya dibedakan
menjadi dua, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan ini lazim juga
disebut sebagai pendekatan, ancangan, rencana atau desain.
Rancangan atau
desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan
dan analisis penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses
perencanaan dan pelaksanaan penlitian. Dalam rancangan pereperencaan dimulai
dengan megadakan observasi dan evaluasi rerhadap penelitian yang sudah
dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis
penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian
meliputi prose membuat prcobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran
variable, prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis
data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
Metode penelitian lebih dekat dengan teknik. Misalnya,
penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Dengan kata lain, metode deskriptif tersebut dapat dikatakan juga sebagai
teknik deskriptif.
2. Penelitian Deskriptif
Metode
deskripsi adalah suatu metode dalam penelitian
status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Whitney (1960)
berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat,
serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan
serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena.
Dalam metode
deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu
sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan
klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan
suatu standar atau suatu norma tertentu, sehingga banyak ahli meamakan metode
ini dengan nama survei normatif (normatif survei). Dengan metode ini juga
diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan memilih hubungan antara
satu faktor dengan faktor yang lain. Karenanya mentode ini juga dinamakan studi
kasus (status study).
Metode deskriptif
juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar sehingga penelitian ini
disebut juga survei normatif. Dalam metode ini juga dapat diteliti masalah
normatif bersama-sama dengan masalah status dan sekaligus membuat
perbandingan-perbandingan antarfenomena. Studi demikian dinamakan secara umum
sebagai studi atau penelitian deskritif. Perspektif waktu yang dijangkau,
adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih
terjangkau dalam ingatan responden.
2.2 Tujuan
Penelitian deskriptif
bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antara fenomena yang diselidiki.
2.3 Ciri-ciri Metode Deskriptif
- Untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.(secara harafiah)
- Mencakup penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan eksperimental.
- Secara umum dinamakan metode survei.
- Kerja peneliti bukan saja memberi gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi :
- menerangkan hubungan,
- menguji hipotesis-hipotesis
- membuat prediksi, mendapatkan makna, dan
- implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan
- Mengumpulkan data dengan teknik wawancara dan menggunakan schedule qestionair/interview guide.
2.4 Jenis-jenis Penelitian
Deskriptif
Ditinjau dari
segi masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan dalam meneliti,
serta tempat dan waktu, penelitian ini dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
- Metode survei,
- Metode deskriptif berkesinambungan (continuity descriptive),
- Penelitian studi kasus
- Penelitian analisis pekerjaan dan aktivitas,
- Penelitian tindakan (action research),
- Peneltian perpustakaan dan dokumenter.
2.5 Kriteria Pokok Metode
Deskriptif
Metode deskriptif mempunyai
beberapa kriteria pokok, yang dapat dibagi atas kriteria umum dan khusus.
Kriteria tersebut sebagai berikut:
- kriteria umum
- Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.
- Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum
- Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini.
- Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.
- Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.
- Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data serta serta study kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka teoritis untukitu telah dikembangkan.
- Kriteria Khusus
- Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value).
- Fakta-fakta atupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status
- Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manupulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.
2.6 Langkah-langkah Umum dalam
Metode Deskriptif
Dalam melaksanakan penelitian
deskripif, maka langkah-langkah umum yang sering diikuti adalah sebagai
berikut:
- Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
- Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisih dari masalah.
- Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.
- Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit.
- Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
- Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Kuranggi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan.
- Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
- Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.
- Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.
Pada bidang
ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu dirumuskan kerangka
teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunkan dalam bentuk
hipotesis-hipotesis untuk diverivikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah
berkembang baik, maka kerangka analisis dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk
model matematika.
3.1 Pengertian dan Tujuan
Tujuan penelitian
histories adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan
secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memferivikasi, serta mensistensiskan bukti-bukti untukmenegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat. Seringkali penelitian yang demikian itu
berkaitan dengan hipotesis-hipotesis tertentu.
Contoh
penelitian histories adalah studi mengenai praktek “bawon” di daerah pedesaaan
di Jawa Tengah, yang dimaksud memahami dasar-dasarnya diwaktu yang lampau serta
relevansinya untuk waktu kini; studi ini dimaksudkan juga untuk mentest
hipotesis bahwa nilai-nilai social tertentu serta rasa solidaritas memainkan
peranan penting dalam berbagai kegiatan ekonomi pedesaan. Ciri yang
menonjol dari penelitian histories adalah;
- Penelitian histories lebih bergatung pada data yang diobservasi orang lain dari pada yang diobsevasi oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yag menganalisis keotentikan, ketepatan, dan peningnya sumber-sumbernya.
- Berlainan dengan anggapan yang popular, penelitian haruslah tertib ketat, sistematis, dan tutas; seringakali penlitian yang dikatakan sebagai suatu penelitiaan histories hanyalah koleksi informasi-informasi yang tak layak, tak reliable, dan berat sebelah.
- Penelitian histories tergantung kapada dua macam data, yaitu primer dan datasekunder. Data primer dipoleh dari sumberprimer, yaitu si peneliti (peneliti) secara langsung meakukan observasi atau menyaksikan kejadian-kejadian yang dituliskan. Dan data sekunder diperoleh dan sumber skunder, yaitu peneliti melaporkan hasil obsevasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya. Dianatara kedua sumber itu, sumber primer dipandang sebagai memiliki otoritas sebagai bukti tangan pertama, dan diberi prioritas dalam pengumpulan data.
- Untuk menentukan bobot data, biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menanyakan dokumen relic itu otentik, sedang kritik internal menanyakan apabila data itu otentik, apabila data otentik, apabila data tersebut akurat dan relevan. Kritik internal harus menguji motif, keberat sebelahan, dan keterbatasan si penulis yang mngkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu da memberikan informasi yang terpalsu. Evaluasi kritis inilah yang menyebbkan penelitian histories itu sangat tertib-ketat, yang dalam bayak hal lebih disbanding dari pada studi eksperimental.
- Walaupun penelitian histories mirip dengan penelaahan kepustakaan yang mendahului lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan histories adalah tuntas, mencari informasi dan sumber yang lebih luas. Penelitian histories jga menggaliinformasi-informasi yang lebih tua dari pada yang umum dituntut dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan-bahan tak diterbitkan yang tak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
Langkah Pokok Untuk Melaksanakan
Penlitian Histories Atau Rancangan Penelitian Historis
Definisi masalah. Ajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut kepada diri sendiri:
- Rumusan tujuan penelitian dan jika mungkin, rumuskan hipotesis yang akan memberi arahdan focus bagi kegiatan penelitian itu.
- Kumpulan data, denganselalu mengingat perbedaan anatara sumber primer dan sumber sekunder.
- Suatu keterampilan yangsangat penting dalam penelitian histories adalah cara pencatatan data: dengan system kartu atau dengan system lembaran, kedua-duanya dapat dilakukan.
- Evaluasi data yng diperoleh dengan melakukan kritik eksternal dan kritik internal.
4. Rancangan Ex Post Facto
Penelitian dengan rancangan ex post facto sering
disebut dengan after the fact. Artinya, penelitian yang dilakukan
setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai restropective study
karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap
suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian
merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan
kejadian tersebut. Dalam pengertian yang lebih khusus, (Furchan,
383:2002) menguraikan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian yang
dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variable bebas terjadi karena
perkembangan suatu kejadian secara alami.
Penelitian ex post facto merupakan
penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau
treatment tidak dilakukan pada saat penelitian berlangsung, sehingga penelitian
ini biasanya dipisahkan dengan penelitian eksperimen. Peneliti ingin melacak
kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya
sesuatu.
4.2 Perbandingan Antara Ex post Facto dengan
Eksperimen
Dalam beberapa hal, penelitian ex post
facto dapat dianggap sebagai kebalikan dari penelitian eksperimen. Sebagai pengganti dari pengambilan dua kelompok yang
sama kemudian diberi perlakuan yang berbeda. Studi ex post facto dimulai dengan
dua kelompok yang berbeda kemudian menetapkan sebab-sebab dari perbedaan
tersebut. Studi ex post facto dimulai dengan melukiskan keadaan sekarang, yang
dianggap sebagai akibat dari faktor yang terjadi sebelumnya, kemudian mencoba
menyelidiki ke belakang guna menetapkan faktor-faktor yang diduga sebagai
penyebabnya.
Penelitian ex post facto memiliki persamaan dengan
penelitian eksperimen. Logika dasar pendekatan dalam ex post facto sama dengan
penelitian eksperimen, yaitu adanya variabel x dan y. Kedua metode penelitian
tersebut membandingkan dua kelompok yang sama pada kondisi dan situasi
tertentu. Perhatiannya dipusatkan untuk mencari atau menetapkan hubungan yang
ada di antara variabel-variabel dalam data penelitian. Dengan demikian, banyak
jenis informasi yang diberikan oleh eksperimen dapat juga diperoleh melalui
analisis ex post facto.
Dalam penelitian eksperimen, pengaruh variabel luar
dikendalikan dengan kondisi eksperimental. Variabel bebas yang dianggap sebagai
penyebab dimanipulasi secara langsung untuk meminimalkan pengaruh terhadap
variabel terikat. Melalui eksperimen, peneliti dapat memperoleh bukti tentang
hubungan kausal atau hubungan fungsional di antara variabel yang jauh lebih
menyakinkan daripada yang dapat diperoleh menggunakan studi ex post facto.
Peneliti dalam penelitian ex post facto tidak dapat
melakukan manipulasi atau pengacakan terhadap variabel-variabel bebasnya. Hal
ini menunjukkan bahwa perubahan dalam variabel-variabelnya sudah terjadi.
Peneliti dihadapkan kepada masalah bagaimana menetapkan sebab dari akibat yang
diamati tersebut. Furchan (383:2001) menyatakan bahwa dengan tidak adanya
kemungkinan peneliti untuk melakukan manipulasi atau pengacakan.
Contoh perbedaan antara penelitian ex post facto
dengan eksperimen adalah sebagai berikut. Sebuah penelitian berjudul Pengaruh
Kecemasan Siswa pada Waktu Mengerjakan Ujian Terhadap Hasil Ujian Mereka dapat
didekati dengan dua metode, yaitu eksperimen dan eks post facto.
1) Pendekatan
Eksperimen
Dalam judul di
atas terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam judul di atas adalah kecemasan
siswa dan ujian nasional. Variabel terikatnya adalah hasil ujian.
Ciri dari
penelitian eksperimen adalah adanya manipulasi terhadap variabel bebas. Dari
kondisi di atas, variabel bebas dapat dimanipulasi menjadi cemas dan tidak
cemas. Konkritnya, sebuah kelas terdiri dari kelas A dan B. Masing-masing kelas
dimanipulasi kondisinya menjadi kelas A menjadi kelas yang cemas, sementara
kelas B menjadi kelas yang netral (pengendali).
Pengkondisian kelas
dapat dilakukan dengan memberikan sugesti kepada kelas A bahwa ujian yang
diberikan akan berpengaruh terhadap kenaikan kelas. Artinya, siswa yang
memiliki nilai yang rendah bisa dimungkinkan tidak naik kelas. Sementara kelas
B dikondisikan netral. Dengan pengertian bahwa ujian di kelas B hanyalah untuk
mengukur kemampuan pemahaman terhadap suatu kompetensi tanpa adanya pengaruh
dari hasil dengan kenaikan kelas.
Setelah
kelas sudah terkondisikan, maka diberikan soal dengan tingkat kuantitas dan
kualitas kesulitan yang sama. Pada waktu yang bersamaan, lembar jawaban
dikumpulkan bersama dan dilakukan pengoreksian terhadap hasil jawab dari kelas
A dan B. Apabila terjadi perbedaan nilai, semisal, nilai kelas A lebih tinggi
daripada kelas B, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kecemasan ternyata
mampu meningkatkan nilai ujian. Anggapan lain, bahwa dengan adanya kecemasan membuat
siswa semakin berpacu untuk mendapatkan yang terbaik.
2) Pendekatan Ex
post Facto
Hal penting dalam
pendekatan ex post facto adalah tidak adanya manipulasi terhadap variabel.
Dalam kasus di atas, dapat didekati dengan ex post facto dengan melihat situasi
kelas A dan B yang sebelumnya tidak diadakan manipulasi. Artinya, kelas
tersebut berjalan secara alami. Misalnya, hasil ujian kelas A dan B menunjukkan
perbedaan dari satu siswa ke siswa lainnya. Dari hasil tersebut, dilakukan
klasifikasi antara siswa yang memiliki nilai tinggi dengan siswa yang memiliki
nilai rendah. Kemudian dihubungkan antara kecemasan dengan hasil nilai.
Misalnya ditemukan kesimpulan bahwa nilai di atas rata-rata dikerjakan oleh
siswa yang memiliki kecemasan. Oleh karena itu, pengaruh kecemasan siswa memang
berpengaruh terhadap hasil ujian, yaitu menjadi lebih baik.
Penelitian dengan
menggunakan pendekatan ini tentu saja memiliki kekurangan. Dari kasus di atas
dapat terlihat satu celah kelemahan bahwa bisa jadi adanya faktor ketiga selain
kecemasan yang membuat nilai ujian meningkat. Hal ini dimungkinkan adanya
faktor ketiga, yaitu kecerdasan. Selain kecemasan, bisa dimungkinkan bahwa
kecemasan adalah situasi lain, sedangkan kecerdasan menjadi penunjang utama.
4.3 Kekurangan Pendekatan Ex Post Facto
Pendekatan
ex post facto memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut adalah sebagai
berikut.
- Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.
Oleh karena tidak adanya kontrol terhadap variabel
bebas, maka sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang
relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang
diselidiki.
- Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks.
- Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.
- Apabila saling hubungan antar dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
- Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhubungan tidaklah mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab akibat.
- Menggolongkan-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tak mantap.
- Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subyek secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.
4.4
Keunggulan
Penelitian dengan Pendekatan Ex Post Facto
Metode
ini baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu metode
eksperimental, tak dapat digunakan. Apabila tidak selalu mungkin untuk memilih,
mengontrol, dan memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki
hubungan sebab akibat secara langsung. Apabila pengontrolan terhadap semua
variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang
mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
Apabila
control di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis,
terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan atau dipertanyakan. Studi
kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai
sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi
apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan sejenis dengan itu. Perbaikan-perbaikan
dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada
akhir-akhir ini telah membuat studi kausal komparatif itu lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
C. Kesimpulan
Dari pembahasan di
atas dapat disimpulkan bahwa ketiga metode penelitian kuantitatif memiliki
perbedaan jika ditilik dari tujuannya. Perbedaan tersebut tampak sebagai
berikut.
1.
Penelitan
deskriptif yang biasa juga disebut dengan penelitian survay adalah penelitian
yang mencoba Untuk membuat
pencandraan/gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat pada suatu obyek penelitian tertentu
2.
Penelitian
historis untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan
obyektif,dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta
mensintesakan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang
kuat
3.
Penelitian ex
post facto bertujuan untuk melacak kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi
faktor penyebab terjadinya sesuatu.
thanks for https://lubisgrafura.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar